
DUTANARASI.COM – Upaya pengaktifan dan pengembangan Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna (Posyantek) di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) masih menghadapi berbagai kendala, terutama minimnya keberadaan inovator di tingkat desa dan kelurahan. Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat DPMD Kukar, Asmir Riyandi Elvanda, saat ditemui di kantornya, Selasa (29/4/2025).
“Aspek peralatan Posyantek itu sebenarnya sudah cukup memadai, bahkan banyak yang bermerek dan berstandar tinggi. Tapi kalau tidak ada inovatornya, ya tetap tidak bergerak. Itu tantangan terbesarnya,” ujarnya.
Asmir menekankan bahwa kehadiran Posyantek belum bisa maksimal apabila tidak ada individu di masyarakat yang memiliki karakter inovatif. dalam banyak kasus, hanya satu dari beberapa desa yang memiliki sosok yang mampu mendorong inovasi secara aktif.
“Inovasi itu biasanya muncul dari pribadi-pribadi yang punya karakter sebagai inovator. Bukan dari posyanteknya, tapi dari orangnya dulu,” tambahnya.
Menurutnya, Posyantek idealnya menjadi ruang lahirnya solusi teknologi untuk permasalahan masyarakat, karena itu, DPMD Kukar telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk BRIDA (Badan Riset dan Inovasi Daerah) dan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), untuk memperkuat pembinaan dan memperluas kolaborasi.
Namun diakuinya, kemampuan sumber daya manusia di internal DPMD untuk melakukan pembinaan masih terbatas. “Inovator itu biasanya butuh pendampingan dari tenaga ahli. SDM kami belum sepenuhnya mumpuni untuk itu, jadi kami coba gandeng pihak lain seperti Universitas Kutai Kartanegara dan para pegiat inovasi,” terangnya.
Dalam kegiatan Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG), seluruh inovator dikumpulkan untuk berdiskusi dan bertukar solusi. TTG juga menjadi ajang penting untuk menyebarluaskan informasi mengenai teknologi yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat, seperti penyediaan air bersih di daerah sulit akses.
“Asas dari TTG itu sebenarnya sederhana, yakni memperkenalkan bahwa ada teknologi yang bisa membantu masyarakat. Dari situ, kita adopsi dan kembangkan sesuai kebutuhan lokal,” jelasnya.
Asmir berharap pola pembinaan inovator di Kukar bisa lebih terstruktur. Salah satu langkah awalnya adalah dengan menghimpun data kebutuhan dan masalah di masing-masing wilayah.
“Dengan begitu, inovasi bisa diarahkan secara tepat untuk menjawab persoalan riil di lapangan,” tutupnya. (adv/Iam)